Kamis, 23 Desember 2010

cardiovascular.siska

www.stikeshangtuah-sby.ac.id



OBAT-OBAT JANTUNG
Obat-obat jantung atau cardiaca adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal.


FISIOLOGI JANTUNG
Jantung diibaratkan suatu pompa berganda yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Bagian kanan untuk memompa darah dari tubuh ke paru-paru, sedangkan bagian kiri untuk memompa darah dari paru-paru ke tubuh. Jantung memiliki dua ruang yaitu serambi (atrium) dan dibawah bilik (ventriculus). Antara serambi dan bilik terdapat katup begitu pula antara bilik dan aorta (arteri besar). Fungsi katup untuk menjamin darah mengalir ke hanya satu jurusan.

Sirkulasi darah
Fungsi utama peredaran darah adalah menyalurkan oksigen dan zat-zat gizi lain yang dibutuhkan untuk metabolism ke jaringan organ.sirkulasi darah kecil adalah darah yang miskin O2 dan kaya CO2 masuk kembali ke jantung melalui serambi kanan dan mengalir ke bilik kanan kemudian diteruskan ke paru-paru dimana darah melepaskan karbondioksidanya dan menyerap oksigen. Sirkulasi besar adalah darah kaya O2 lalu mengalir kembali ke serambi kiri dan melalui bilik kiri dipompa ke aorta dan organ tubuh. Di dinding serambi kanan terdapat ‘pace-maker’ jantung alamiah (simpul sinus), yang menentukan irama jantung.

Volume-menit
Volume-menit (cardiac output) adalah jumlah darah yang setiap menit dipompa oleh jantung ke dalam arteri besar. Volume-menit ini adalah rata-rata 51/menit pada frekuensi jantung rata-rata 70-80 detak/menit dan dapat diperbesar atau diperkecil sesuai kebutuhan. Misalnya, selama pengeluaran tenaga besar seperti pada olahraga  volume-menit orang muda bisameningkat sampai 251/menit, karena jantung mendetak sampai 180 kali/menit. Orang dewasa memiliki4,5-5 liter darah.

Diastole-sistole
Pada setiap denyutan dapat dibedakan dua fase yakni diastole dan systole. Diastole terjadi saat otot jantung melepaskan diri dan biliknya terpenuhi darah dari vena ( relaksasi) sedangkan sistole terjadi saat otot jantung menguncup (kontraksi) sebgai reaksi terhadap diastole, sehingga darah di pompa keluar jantung dan ke dalam arteri. Volume darah yang pada setiap kontraksi dipompa keluar bilik jantung disebut volume-pukulan (stroke volume).
Bila aliran darah ke jantung meningkat artinya tekanan darah (TD) vena menguat, maka frekuensi pukulan jantung pun harus dipertinggi dengan kata lain, volume-menitnya harus diperbesar sesuai dengan persamaan: volume-pukulan x frekuensi = volume-menit


PENYAKIT PADA JANTUNG

1.    Infrak jantung
Arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung menjalar di seluruh bagian luar otot jantung dan dapat tersumbat oleh endapan kolesterol-kapur (atherosclerosis). Sekitar tempat penyempitan yaitu bagian dalam pembuluh dapat robek yang mengakibatkan pembekuan darah setempat. Bila suatu gumpalan darah beku (trombus) menyumbat aliran darah jantung (trombosis koroner), maka terjadilah infrak jantung yang umumnya disebut serangan jantung (heart attack). Akibatnya, bagian jantung yang bersangkutan tidak menerima darah, zat-zat gizi serta oksigen dan dalam waktu 6-12 jam kemudian berangsur-angsur mati. Di jaringan yang mati terbentuk parut, terutama parut besar yang dapat menggangu fungsi-pompa jantung. Bila infrak kecil sisa otot jantung yang sehat dapat menanggulangi tenaga tersebut sedangkan bila infrak terlalu luas, maka detak jantung akan berhenti total.
a.      Gejala infrak jantung
1.      Nyeri hebat di bagian tengah dada yang bertahan lebih dari 5 menit, juga pada keadaan duduk atau berbaring.
2.      Nyeri menyebar ke leher, punggung, dank e satu atau kedua lengan, seringkali ke lengan kiri.
3.      Kadang-kadang berkeringat hebat dan gelisah, disertai mual dan muntah.
b.      Diagnosa
Menentukan infrak jantung menggunakan electrocardiogram (ECG) dan tes darah . Tes-tes ini berdasarkan meningkatnya (sementara) kadar enzim dan zat-zat lain yang dilepaskan oleh sel-sel jantung yang mati. Pertanda infrak yang penting adalah kadar creatinekinase (CK-MB) dan myoglobin (juga troponin T) yang k.l. 6 dan 3 jam sesudah infrak masing-masing mencapai ketinggian maksimalnya. Semakin besar infrak, semakin tinggi kadar tersebut. Komplikasi gawat sering kali menyusul infrak, a.l. aritmia, dekompensasi dan shock. Sangat penting adalah gangguan irama jntung, terutama fibrilasi bilik, yang bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan terhentinya jantung yang fatal.

c.   pengobatan
Infrak akut perlu diobati di rumah sakit sendini mungkin (dalam waktu 6 jam) agar memperkecil resiko maut. Semua medikasi diberikan parenatal agar menjamin efek cepat. Kelompok obat yang umum digunakan adalah :
-          Trombolotika
Trombolitika digunakan untuk melarutkan thrombus yang menyumbat arteri koroner, a.l. streptokinase, alteplase, urokinase dan reteplase. Injeksi intravena pada waktunya dapat meniadakan penyumbatan dan membuka lagi arteri koroner hingga besarnya infrak dibatasi sehingga resiko kematian dapat diperkecil sampai k.l 50%. Disamping itu sering diberikan antitrombotikum (heparin) untuk mencegah pembentukan trombus baru.
-          Antiaritmika
Antiaritmika (lidokain, amiodaron, sotalol) dulu sering diberikan untuk mencegah aritmia, khususnya fibrilasi bilik yang berbahaya. Akan tetapi kini ternyata bahwa obat-obat ini tidak mengurangi risisko kematian, oleh karena ituu hanya digunakan dalam kasus tertentu.
-          Analgetika narkotika
Analgetika narkotika (morfin, petidin atau fentamil) dan tranquillizer (diazepam, droperidol dan sebagainya) dapat diberikan untuk melawan nyeri dan rasa  takut. Pesmedikasi (pengobatan selanjutnya) diberikan langsung stelah infrak dengan maksud menghindari infrak kedua untuk ini digunakan :
-           Antikoagulansia
Antikoagulansia (zat-zat pengencer darah) antara lain asenokumarol, warfarin, dan penghambat thrombin ximelagatran30
-          Antritombotika
Asetosal (dosis rendah), indobufen (ibustrin) yang dapat merintangi penggumpalan trombosit dn pembentukan thrombus. Obat-obat anti-agregasi dapat mengurangi infrak jantung dengan k.l 50%.
-       Β-blocker
Tediri dari (propanolol, metoprolol dan timolol), yang ternyata dapat mengurangi reinfrak dan kematian sampai 25%. Perlu diminum selama 1-2 tahun. Pindolol (dengan ISA) tidak danjurkan.
-          Penghambat-ACE
Penghambat-ACE dulu merupakan kontraindikasi, tetapi sejak beberapa tahun dianjurkan pda pasien dengan risiko reinfrak yang meningkat.
-       Antilipemika
Antilipemika (atorvastatin, sinvastatin) mengurangi komplikasi dan mortalitas, maka dianjurkan pada pasien dengan kadar koleterol tinggi (di atas 8mmol/l).

2.    Angina pectoris
Angina pectoris terjadi karena kekurangan oksigen otot jatung (hipoksia) pada pembebanan fisik atau emosional yang meningkatkan konsumsi oksigen oleh jantung, juga karena pengaruh hawa dingin. Penyebab yang terpenting adalah ciutan satu atau lebih arteri koroner, hingga penyaluran darah ke otot jantung berkurang.
a.      Gejala angina pectoris
Serangan nyeri hebat di bawah tulang dada (regio jantung) yang sering kali menjalar ke kedua bahu, adanya kalanya ke leher dan rahang atau ke lengan yang dirasakan sangat berat. Terutama timbul bila berjalan (naik tangga, bukit) atau mengeluarkan tenaga lain segera setelah makan. Lamanya serangan umumnya antara 5-30 menit.
b.      Jenis-jenis angina
-          Angina stabil terjadi akibat penciutan arteri jantung (stenosis) atau  juga akibat kejang yang terjadi selama atau sesudah mengeluarkan tenaga (exertion) atau emosi. Angina stabil terjadi setelah kerja fisik, emosi dan makan.
-          Angina instabil, yaitu angina stabil yang mendadak akan sangat memperburuk, dapat timbul pada pengeluaran tenaga lebih kecil atau sewaktu iastirahat  dan dapat merupakan indikasi akan timbulnya infrak (infrak mengancam). Angina ini disebabkan oleh erosi dari plak-plak pembuluh yang mengakibatkan agregasi pelat-pelat darah. Pada penderita ini perlu diberikan β-blocker bersama obat-obat penghindar agregasi trombosit dan heparin untuk mengurangi risiko thrombosis. Bila gejala-gejal ini tidak dapat ditangani perlu dilakukan tindakan revaskularisasi.
-          Angina variant atau angina Prinzmetal terjadi akibat kejang sementara arteri jantung. Serangan nyeri timbul spontan dalam dalam keadaan istirahat dan kebanyakan di malam hari.
c.       Tindakan umum
Tindakan umum untuk mengurangi serangan angina (menghindari infrak jantung) antara lain :
-          Berhenti merokok nikotin dari tembakau menimbulkan vasokonstriksi dengan peningkatan TD dan frekuensi denyutan jantung (heart rate) yang meningkatkan kebutuhan jantung untuk oksigen.
-          Membatasi minum kopi dan alkohol sampai masing-masing 2-3 cangkir dan 2-3 konsumsi
-          Meniadakan overweight (diet lemak dan kolesterol)
-          Menghindari beban berat, mental (stress, emosi) maupun fisik terutama setelah makan atau mandi air panas
-          Berjalan 0,5-1 jam sehari atau 3-5 kali seminggu sera bertenaga(agak cepat) atau berlari-lari santai guna memperbaiki sirkulasi jantung.
-          Mengobati hipertensi bila ada, karena TD tinggi memperburuk keadaan pembuluh (diet garam)
d.      Pengobatan
Keadaan kekurangan darah(ischemia) pada angina dapat diatasi dengan sejumlah obat, yakni:
-          Nitrogliserin untuk menanggulangi serangan akut, bila perlu bersama suatu analgrtikum narkotik (morfin, fentanil) untuk melawan nyeri dan sedasi. Pemberian nitrogliserin dalam bentuk salep atau disk bertujuan untuk profilaksis karena obat diabsorbsi secra perlahan lewat kulit. Efek terapi tampak dalam 60 menit dan berakhir dalam 4-8 jam. Mulanya bekerja lmabat dan puncak efek tercapai setelah 1-2 jam.
-          β-blocker (penghemat penggunaan oksigen) pada angina stabil/instabil untuk mengurangi kebutuhan akan oksigen. Β-blocker harus diberikan lebih sering, terutama untuk β-blocker yang mempunyai waktu paruh lebih pendek (kurang dari 6 jam) misalnya metaprolol, propranolol dan eksprenolol perlu diberikan 3-4 kali sehari.
-          Vasilidator koroner, antara lain nitrat long-acting (isosorbidanirat) dan antagonis Ca (diltiazem dan verapamil) untuk memperlancar sirkulasi darah dan oksigen. Vasidilator koroner berguna untuk memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah serta oksigen sehingga dapat meringankan beban jantung.
Penghematan penggunaan oksugen dapat dicapai pula dengan cara menghindari atau mengurangi aktifitas fisik, yang membebani jantug (kerja terlampau keras), perubahan suhu drastis, atau berjalan (bertenaga) dengan lambung penuh.

3.    Antiaritmia
Antiaritmia adalah gangguan irama jantung yang ditimbulkan oleh pembentukan impuls dan penyaluran impuls abnormal. Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut dengan jalan menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung.
a.      Pengobatan
Obat antiaritmia digolongkan menurut efek elektrofisiologik dan mekanisme kerjanya yang diukur di se-se myocard tertentu dalam 4 kelas, yakni :
a.      Obat kelas I Zat stabilisasi membrane dengan efek kinidin (efek anestetik lokal)
Zat-zat ini sangat mengurangi kepekaan membran sel jantung untuk rangsangan akibat penghambatan pemasukan ion-Na ke membran (sodium-channel blockers) dan perlambatan depolarisasinya. Efek dari obat ini ialah frekuensi jantung berkurang dan ritmenya menjadi normal kembali. Obat kelas I ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
Ia. Kelompok kuinidin: kuinidin, prokainamid dan disopiramid. Zat-zat ini antara lain memperpanjang masa refrakter dari aksipotensial sel-sel myocard.
-          Kuinidin
Kuinidin dimetabolisme di hati dan diekskresikan lewat urin. Sediaan dosis dan cara pemberian : Kuinidin diberikan peroral, walaupun dalam keadaan tertentu obat ini dapat diberikan secara intramuscular (IM) atau intravena (IV). Dosis oral yang biasa adalah  200-300 mg yang diberikan 3 atau 4 kali sehari untuk penderita dengan kontraksi atrium dan ventrikel premature atau untuk terapi pemeliharaan. Selama terapi pemeliharaan, kuinidin biasanya mencapai kadar mantap dalam waktu 24 jam, dan kadarnya dalam plasma akan berfluktuasi kurang dari 50% diantara dua dosis. Karena adanya variasi individual yang besar, interaksi obat dan sebab lain dari ketidak seragaman, dianjurkan melakukan pemeriksaan ECG secara cermat setelah dosis awal kuinidin dan mengukur keadaan plasma setelah keadaan mantap tercapai. Efek samping : Kuinidin dapat menimbulkan clinchonism ringan yang gejalanya meliputi tinitus, tuli, penglihatan kabur, dan keluhan saluran cerna. Pada keracunan berat timbul sakit kepala, diplopia, fotofobia, perubahan persepsi warna, bersamaan dengan gejala bingung, delirium dan psikosis. Kulit terasa panas dan merah, mual, muntah, diare dan nyeri abdominal dapat pula terjadi. Hipersensitivitas terhadap kuinidin dapat menyebabkan demam, bronkokonstriksi dapat terjadi sebagai akibat reaksi hipersentivitas.
-           Prokainamid
Prokainamid disistribusikan keseluruh jaringan tubuh kecuali otak, dan volume   distribusinya adalah sekitar 2 liter per kilogram. Prokainamid dieliminasi melaui ekskresi ginjal dan dimetabolisme di hati. Kadar puncaknya mencapai 45-70 per menit setelah minum kapsul tetapi sedikit lebih lambat setelah minum tablet. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Prokainamid hidroklorida (Pronestyl) tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (250-500 gram) dan sebagai tablet lepas lambat (250-1.000 mg). suntikan prokainamid hidroklorida berisis 100 atau 500 mg/ml dan digunakan untuk suntikan intramuscular dan intra-vena. Kadar plasma yang diperlukan untuk memperoleh efek antiaritmia biasanya antara 3-10 µg/ml dan kadang-kadang lebih tinggi. Suatu cara yang cepat dan aman untuk memperoleh kadar efektif dalam plasma dalah pemberian intravena intermiten : 100mg disuntikan selama 2-4 menit, tiap 5 menit sampai aritmia terkontrol, atau efek samping terlihat, atau sampai dosis total (1000 mg) tercapai tanpa ada perbaikan. Interval pemberian setiap 5 menit memberikan kesempatan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan ECG. Untuk terapi oral jangka lama, biasanya diperlukan dosis total 3-6 g/hari. Karena waktu paruh eliminasnya pendek(3 jam pada orang normal, 5-8 jam pada penderita penyakit jantung). Efek samping : Kadar prokainamid yang berlebihan pada plasma dapat menimbulkan perubahan ECG. Prokainamid memperlambat frekuensi denyut atrium pada fibrilasi atrium, sebab itu dapat menimbulkan takikardi paradoksal di ventrikel. Bila prokainamid diberikan secara intravena dapat menimbulkan hipotensi sedangkan bila diberikan per oral dapat menimbulkan gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare) pada SSP dapat menimbulkan pusing, psikosis, halusinasi, dan depresi.
-             Disopiramid
Disopiramid dimetabolisme di hati dan kadar puncaknya mencapai 1-2 jam setelah pemberian peroral. Volume distribusi disopiramid sekitar 0,6 liter per kilogram dan waktu paruh eliminasinya adalah 5-7 jam. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Tersedia dalam bentuk tablet 100  atau 150 mg basa. Dosis total harian adalah 400-800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4dosis. Efek samping: Efek samping (antikolinergik) disporamid berupa mulut kering, konstipasi, penglihatan kabur dan hambatan miksi. Disopramid menyebabakan mual, nyeri abdomen, muntah atau diare.

Ib. Kelompok lidokain : Lidokain, fenitoin, tokainid dan meksiletin.
-          Lidokain
Lodokain digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel, terutama diruang perawatan intensif. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Lidokain hidroklorida (Xylocain) tersedia untuk pemberian intravena dalam larutan infus. Untuk memperoleh kadar efektif dengan cepat, diberikan dosis 0,7-1,4 mg/kg BB secara intravena. Dosis berikutnya mungkin diperlukan 5 menit kemudian, tetapi jumlahnya tidak lebih dari 200-300 mg dalam waktu 1 jam. Infuse dalam rentang dosis 1-4 mg/menit menghasilkan kadar terapi dalam plasma setinggi 1-5 µg/ml dalam waktu 7-10 jam. Bila diberikan intramuskular sebesar 4-5 mg/kg BB, maka kadar lidokain efektif tercapai dalam waktu 15 menit dan kadar terapi bertahan selama 90 menit.Efek samping : Efek samping utamanya terjadi pada SSP. Pada kadar plasma mendekati 5µg/ml, gejala SSP seperti disosiasi, parestesia(perioral), mengantuk dan agitasi. Pada kadar yang lebih tinggi menyebabkan pendengaran berkurang, disorientasi, kedutan otot, kejang dan henti napas. Bila terlihat gejala diatas kecepatan infus harus diturunkan.
-          Fenitoin
Fenitoin digunakan sebagai obat antiaritmia, aritmia ventrikel dan atrium yang disebabkan oleh digitalis. Obat ini diabsorbsi melaui saluran cerna dan dieliminasi melaui hidroksilasi di hati. Sediaan dosis dan cara pemberian : Fenitoin dapat diberikan peroral atau intravena secara intermiten.Peparat suntikan mempunayi pH 12 dan menyebabakan flebitis berat bila diberi per infus. Rancangan waktu untuk suntikan intravena intermiten adalah 100 mg fenition yang diberikan tiap 5 menit sampai aritmia terkendali atau timbul efek samping. Kecepata suntikan tidak boleh melebihi 50 mg per menit. Pengobatan dengan fenitoin peroral dimulai dengan dosisi tinggi karena fenitoin mempunyai waktu paruh yang panjang. Hari pertama diberi 15 mg/kg BB, hari kedua 7,5 mg/kg BB dan selanjutnya diberi dosis pemeliharaan 4-6 mg/kg BB (umumnya antara 300-400 mg/hari). Dosis pemeliharaan oral dapat diberikan tunggal atau terbagi dua dalam sehari.Efek samping : Efek sampingnya terdapat pada gejala SSP yaitu mengantuk, nistagmus, vertigo, ataksia, dan mual.
-          Tokainid
      Tokainid digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel. Tokainid diabsorbsi dengan sempurna setelah pemberian per oral, kadar puncak dalam plasma muncul dalam waktu 1-2 jam. Tokainid dieliminasi mealui metabolism hati. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Tokainid hidroklorida (tonocard) tersedia sebagai tablet 400mg dan 600mg. dosis oral biasanya adalah 400-600 mg tiap 8jam, tak boleh melebihi 2.400 mg/hari dan harus diturunkan kurang dari 1.200 mg pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. Efek samping : Menyebabkan gejala SSP berupa pusing, ringan kepala dan tremor, dan gejala saluran cerna berupa mual, muntah dan anoreksia, agranulositosis, depresi sumsum tulang, dan trombositopenia.
-          Meksiletin
      Meksiletin digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel. Pada pemberian peroral, meksiletin diabsorbsi dengan baik, obat ini dieliminasi melaui metabolism di hati. Waktu paruhnya kira-kira 10 jam.  Sediaan, dosis dan cara pemberian : Meksiletin hidroklorida (mexitex) tersedia dalam kapsul 150, 200 dan 250 mg. dosis oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg) yang diberiakan tiap 8jam dengan makanan atau antacid. Untuk mendapatkan respon cepat diberikan dosis awal 400 mg. penurunan dosis diperlukan pada penderita dengan gangguan hati. Efek samping : Menyebabkan gejala SSP berupa pusing, ringan kepala dan tremor, dan gejala saluran cerna berupa mual, muntah dan anoreksia.

Ic. Kelompok propafenon : flekainid, enkainid, dan propafenon
      Obat ini merupakan antiaritmia yang paling ponten dalam memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na+ ke dalam sel dan kompleks prematur ventrikel spontan. Enkainid dan flekainid telah digunakan dalm praktek, sedangkan propafenon dan indekainid sedang dalam penelitian. Propafenon dan flecainida (Tembocor) memperpanjang sedikit masa refrakter dan aksipotensial.
-       Flekainid
Flekainid dimetabolisme oleh hati, sekitar 40% diekskresi dalam urin dalam bentuk tak berubah. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Flekainid asetat (Tambocor) tersedia untuk pemberian peroral dengan tablet 50, 100 dan 150 mg. dosis awal adalah 2 kali 100 mg/har. Dosis dinaikan tiap 4 hari dengan menambahkan 100 mg/hari (maksimum 400-600 mg/hari), yang diberikan 2 atau 3 kali sehari. Efek terapi biasanya tercapai pada kadar plasma 0,2-1 µg/ml diatas itu mulai terjadi toksisitas
-       Enkainid
      Enkainid dimetabolisme oleh sitokrom P450 hati dan mempunayi waktu paruh 2-3 jam. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Enkainid hidroklorida (Enkaid) tersedia untuk pemberian peroral sebagai kapsul 25,35 dan 50 mg. dosis awal adalah 25 mg, diberikan tiga kali sehari, dosis ini dapat dinaikan tiap 3-5 hari sampai mencapai 4 kali 50 mg/hari. Penyesuaian dosis diperlukan pada penderita dengan gangguan hati atau ginjal.
-       Efek samping Flekainid dan Enkainid
      Flekainid dan enkainid dapat meningkatkan risisko kematian mendadak dan henti jantung pada penderita yang pernah mengalami infrak miokard dan penderita dengan aritmia ventrikel asimptomatik

b.      Obat kelas II β-Blocker : Propanolol, Asebutolol dan Esmolol
Propanolol, asebutolol dan esmolol diindasikan untuk pengobatan aritmia sedangkan metoprolol, propanolol dan timolol digunakan sebagai profilaksis sesuai infrak miokard untuk menurunkan kejadian mati mendadak.
-          Propanolol
Propanolol digunakan untuk pengobatan takiaritmia supraventrikel, yang meliputi fibrilasi atrium, flutter atrium atau takikardi supraventrikel paroksismal. Tujuan pengobatan jenis aritmia ini adalah untuk memperlambat denyut ventrikel dan bukannya meniadakan aritmia. Dosis dan cara pemberian : propanolol diberikan per oral untuk pengobatan aritmia jangka lama. Propanolol diberikan sebanyak  3-4 kali sehari. Dalam keadaan darurat propanolol diberikan secara intravena, dengan dosis antara 1-3 mg diberikan dalam beberapa menit diseratai pemantauan ECG yang cermat, tekanan darah dan tekanan arteri pulmonalis.
-          Asebutolol
Waktu paruh eliminasi asebutolol adalah 3 jam. Dosis dan cara pemberian : Asebutolol diberikan per oral untuk pengobatan artmia jantung. Dosis awal adalah dua kali 200 mg. Dosis ini dinaikkan secra perlahan sampai mencapai 600-1.200 mg yang terbagi dalam dua dosis.
-          Esmolol
Waktu paruh distribusi esmolol hanya 2 menit sedangkan waktu paruh eliminasinya 8 menit. Dosis dan cara pemberian : Esmolol diberikan secara intravena untuk pengobatan jangka pendek atau sebagai pengobatan kegawatan pada takikardi supraventrikel.

c.       Obat kelas III : Bretilium, Amiodaron dan Sotalol
-          Bretilium
Bretilium hanya diindikasikan untuk pengobatan aritmia ventrikel yang mengancam jiwa, pemberian bretilium harus dilakukan dalam ruang perawatan intensif. Absorbsi oral bertilium adalah buruk, karena merupakan amonium kwaterner. Setelah pemberian intramuskular, bretilium dieliminasi melalui ginjal, tanpa dimetabolisme. Waktu paruh adalah sekitar 9 jam, dan naik menjadi 15-30 jam pada penderita gagal ginjal. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Bretilium tosilat  tersedia dalam larutan 50mg/ml. obat ini perlu diencerkan menjadi 10 mg/ml, dan dosisnya adalah 5-10 mg/kg BB yang diberikan per infus infus selama 10-30 menit. Dosis berikutnya diberikan 1-2 jam kemudian bila aritmia belum teratasi atau setiap 6 jam sekali untuk pemeliharan. Dalam keadaan darurat , misalnya resusitasi jantung, dosis 5 mg/kg BB tanpa pengenceran diberikan secara intravena. Untuk pemberian intramuscular, dosisnya adalah 5-10 mg/kg BB tanpa pengenceran.
-          Amiodaron
Amiodaron digunakan untuk fibrilasi ventrikel berulang dan untuk takikardi ventrikel yang tidak setabil dan berkelanjutan. Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan tidak sempurna pada pemberian per oral. Pada pemberian per oral, kadar puncak terjadi setelah 5-6 jam. Amiodaron terikat pada jaringan dan dimetabolisme secara lambat di hati.waktu paruhnya panjang, yaitu 25-60 hari. Sediaan, dosis dan cara pemberian : Amiodaron HCL tersedia sebagai tablet 200mg. Karena memerlukan waktu beberapa bulan untuk mencapai efek penuh diperlukan dosis loading 600-800 mg/hari (selama 4 minggu) sebelum dosis pemeliharaan dimulai dengan 400-800 mg/hari. Pengobatan dinilai setelah 2-8 minggu.
-          Sotasol
Sotasol untuk pengobatan takikardi supraventrikel paroksismal, aritmia ventrikel dan fibrilasi atrium. Sotasol diabsorbsi dengan cepat pada pemberian per oral dan eliminasinya melalui urin dalam bentuk tak berubah sehingga dosisnya perlu disesuaikan pada gagal ginjal. Sediaan, dosis dan cara pemberian: Sotasol masih dikembangkan formulasinya, untuk pengobatan aritmia ventrikel dosisnya adalah 2 kali 80-230 mg. Dosis awalnya adalah 2 kali 80 mg/hari dan bila perlu dosis ditambah tiap 3-4 hari, keberhasilan terapi dinilai dengan pencatatan ECG selama 24 jam. Efek samping : Pemberian sotasol dapat menimbulkan gagal jantung, proaritmia dan bradikardi.

d.      Obat kelas IV : Verapamil dan Diltiazem
Verapamil dan diltiazem untuk pengobatan serangan akt takiakrdi supra ventrikel paroksismal yang disebabkan oleh arus balim pada nodus AV. Dosis dan cara pemberian : Verapamil dengan dosis 5-10 mg diberikan secra intravena (IV) selama 2-3 menit. Verapamil secara intravena (IV) dikontrandikasikan pada penderita hipertensi, gagal jantung berat.  Dalam dosis oral diberikan 240-480 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Diltiazem diberiakn dalam dosis 60-90 mg, yang diberikan tiap 6 jam. Efek samping : efek samping utama dari vrapamil adalah pada jantung dan saluran cerna (konstipasi).

4.    Gagal jantung (Decompensatio cordis)
Adalah gangguan fungsi jantung dengan menurunnya kontraktilita, berkurangnya masa jantung yang berkontraksi, gangguan sinergia kontraksi, atau berkurangnya kelenturan.  Penyakit ini terjadi karena curah janung yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh. Sebagai akibat kelemahan jantung ini, darah terbendung di vena paru-paru dan kaki sehingga menimbulkan sesak dada dan udema pergelangan kaki, padakeadaan parah udema dapat terjadi di paru-paru.
a.      Gejala antara lain sesak napas (dynose) pada waktu mengeluarkan tenaga tetapi pada kasus yang berat juga terjadi sesak napas pada saat istirahat.
b.      Penanganannya denagan cara antara lain :
1.      Meniadakan kelebihan cairan yakni banyak istirahat untuk meringankan beban jantung.
2.      Pembatasan asupan garam dan pengobatan dengan diuretika untuk memperbesar ekskresi cairan
3.      Mengurangi pengeluaran tenaga berlebihan yang memperkuat penyaluran darah ke otot.
c.       Pengobatan
-          Diuretika
Diuretika mengeluarkan kelebihan cairan, sehingga pembebanan jantung berkurang. Untuk ini banyak digunakan diuretikum kuat furosemida (oral 3-4 dan 80-500 mg) atau untuk efek cepat intravena 500 mg. Bila furosemida tidak dapat mengahsilkan efek secukupnya dan dapat ditambahkan thiazida.
-          Glikosida jantung (digoksin)
Digoksin memperkuat daya kontraksi jantug yang lemah sehingga memperkuat fungsi pompa berdasarkan peningkatan kadar kalsium. Sering kali diuretic dikombinasikan dengan zat inotrop positif digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika. Zat-zat inotrop positif seperti dopaminergik (dopamine, ibopamin dll) tidak dianjurkan karena kerjanya terlau kuat maka dari itu obat ini hanya digunaka intravena pada keadaan akut (shock jantung).
-          Penghambat-ACE
(ACE-inhibitor: kaptopril, enalapril, lisinopril, dll) banyak digunakan pada gagal jantung kronis, juga setelah infark pada pasien tertentu. Dosis kaptopril yang dianjurkan adalah 2-3 kali, 6,25 mg-12,5 mg sehari dan perlahan-lahan dinaikan bila perlu. Kaptopril tersedia dalam tablet 12,5 , 25, dan 50 mg. dosis enapril mulai dengan 2 kali 1,25 mg sehari untuk kemudian dinaikan bertahap, enapril tersedia dalam tablet 5 dan 10 mg. lisinopril tersedia sebagai tablet 5, 10, dan 20 mg dimulai dengan dosis 2,5 mg kali sehari.
d.      AT-II-blocker
(antagonis-angiotensin, losartan, valsartan, irbesartan, dll) obat-obat ini berkhasiat vasodilatasi perifer dan mengurangi preload maupun afterload darah, yakni beban darah masing-masing sebelum dan sesudah mencapai jantung.
e.       Vasodilator koroner
Vasodilator koroner juga berefek mengurangi beban jantung, seperti nitroprusida (I.V), parazosin dan hidralazin. Obat-oabat ini menurunkan afterload dengan jalan vasosilatasi arteri. Nitrad sebagai dilator vena mengurangi preload darah.

5.    Shock jantung
Shock jantung karena kekurangan pemasukan darah ke jaringan dengan gejala kulit pucat dan dingin, rasa takut dan gelisah, denyut jantung cepat dan lemah, lalu pingsan. Pengobatan dilakukan dengan zat-zat vasopresor/inotrop (dopamin, dobutamin, ibopamin) yang menaikkan volume-menit jantung dan tekanan darah, adakalanya dianjurkan pula pemberian kortison dalam dosis tinggi.

Daftar puataka:
Tjay hoan Tiondan dian raharja kirana, 1991. Obat-obat penting .Edisi IV.Jakarta : pt Elex media kompatindo









Tidak ada komentar:

Posting Komentar